Selasa, 02 Juli 2013

MENGHADIRKAN RASA AMAN

Refleksi :Yosua 21:43-45
by : Tapilouw M. Okterlians

“Dan TUHAN mengaruniakan kepada mereka keamanan ke segala penjuru, tepat seperti yang dijanjikanNya dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka. Tidak ada seorang pun dari semua musuhnya yang tahan berdiri menghadapi mereka; semua musuhnya diserahkan TUHAN kepada mereka”. (Ayat 44).
Betapa pentingnya suatu keadaan yang aman, damai dan tentram;  mengapa ? hanya kondisi yang kondusiflah , memungkinkan orang bisa melaksanakan aktivitas kesehariaanya dengan baik. Pendek kata,  rasa aman mempermudah apapun yang akan dilakukan ; Karena itu, tanpa “keamanan” orang akan sulit mewujudkan tujuan-tujuan hidup yang lebih menjawab tuntutan dalam berbagai segi kehidupan – bahkan suatu bangsa yang besar sekalipun seperti Bangsa kita Indonesia tercinta ini – akan sulit bagi investor asing datang ke Negara ini, jika keamanannya tidak terjamin. Itu berarti keamanan menjadi kunci bagi kebanyakan orang, termasuk para pembesar Negara kita pun demikian. Saya kira saudara-saudara belum lupa  berita diberbagai media masa beberapa waktu lalu (Oktober 2010) “Presiden Republik Indonesia/ SBY membatalkan keberangkatannya ke Negeri Belanda” karena sekelompok orang Maluku yang menamakan diri RMS di Negeri itu menginginkan Presiden di Adili. Pembatalan itu, mungkin salah satunya karena Faktor keamanan.  ‘Lebih dari itu saya tidak tahu’.
 Ayat 43-45;  menekankan  penyataan kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya kepada nenek moyang mereka/Israel (bc. Kej 24:7; 26:3; 50:24), Tanah perjanjian disediakan kepada Keturunan Abrahan. Tetapi untuk masuk dan memiliki tanah itu, bukan dengan Cuma-cuma, atau seperti anak-anak menerima kado Natal – tetapi dengan perjuangan demi perjuangan, penaklukan-demi penaklukan, peperangan demi peperangan. Disinilah Allah menunjukan kasihNya dalam  setiap perjuangan dan kemenangan yang diraih bangsa itu. Bahkan disaat mereka menempati tempat itu pun; Tuhan tetap mengawal mereka (memberikan rasa aman).
Katakan saja bahwa: Allah sudah melaksanakan bagiannya – tinggal bagian umat itu – bagian saya dan anda, tugas kita semua.
Apa bagian kita ?
Pemazmur mengatakan dalam Mazmur 73:26 “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”.  Dengan kata lain, bagian kita adalah melakukan kehendak Allah, dan apapun yang akan kita kerjakan nanti – orang percaya harus memulai dengan rasa suka atau cinta kehendak Allah. Mazmur 40:9 : “aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku”. Jadi, kita harus mencintai dulu kehendak Allah itu, baru bisa masuk ke level yang paling tinggi – seperti seorang pendeta, akan sulit baginya untuk menjadi tukang kayu sekaligus, jika tidak belajar dan tekun juga di bidang itu – lama-kelamaan bisa menjadi tukang kayu yang handal, sekaligus pendeta yang bukan cuma asal berkhotbah tetapi bisa bekerja, dan “menolong sesama” dengan tangannya.
Jadi, perjuangan Umat Israel itu, bukan hanya sebatas merebut tanah kanaan dan selesai, tetapi mereka juga harus berjuang lagi ditanah yang sudah didiami. Atau bagi bangsa Indonesia yang sudah merdeka, bukan berarti tidak berperang lagi;  Musuh yang satu sudah selesai, sekarang ada musuh yang lain lagi, yaitu: Keserakahan, penyalahgunaan kekuasaan, keterbelakangan, kemerosotan moral, tindakan kekerasan, pengrusakan alam, dan masih banyak lagi.
 Musuh-musuh ini diserahkan juga ke tangan kita, untuk dikalahkan.  Jika kita belum mengalahkannya, atau sedang hidup didalamnya, jangan katakan kalau kita sudah aman, sudah sejahtera dan sudah senang; Coba lihat disekeliling kita, ada banyak sekali orang-orang percaya yang tidak merasa aman, tertindas dan dipinggirkan, mungkin bukan saja karena mereka malas bekerja atau sulit mendapat pekerjaan, tetapi adakalanya keterpurukan mereka karena ulah kita juga; ulah saudara sendiri, kakak sendiri, orang tua kita, “bos-bos” kita dll. Jujur saja, kalau ternyata kehidupan warga jemaat masih diselimuti oleh kemungkinan-kemungkinan seperti ini juga.
Bagaimana pendapat saudara ?
Apa yang harus kita lakukan selanjutnya untuk menghadirkan “rasa aman”, ditengah-tengah hidup bersama ?
Salah satu poin dalam Pokok-pokok Iman Gereja Protestan Maluku tentang Bangsa akan menjawabnya: Kami percaya bahwa: Umat Kristen adalah bagian dari bangsa Indonesia dalam kerangka Kesatuan Republik Indonesia. Umat Kristen hadir di tengah-tengah bangsa Indonesia sebagai buah pekerjaan Roh Kudus dan di utus oleh Tuhan sendiri guna menghadirkan damai sejahtera Allah yakni kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang dikehendaki Allah bagi dunia lewat partisipasi secara konstruktif di berbagai bidang dalam pembangunan.
Yang menyenangkan adalah (a) kita yang berjuang dalam kebenaran, (b) yang bekerja sesuai kehendak Allah, dan (c) terus mengejarnya untuk mewujudkan rasa aman/damai dan kesejahteraan bersama dalam keluarga, jemaat dan masyarakat pada umumnya. Semoga !