Rabu, 05 Juni 2013

PORTO - HARIA BARU



PORTO-HARIA BARU
Tanggung Jawab Dalam Pelayanan Gereja
Membangun Kebersamaan dan Persekutuan
Masyarakat Porto dan Haria
Oleh: Pdt. Okterlian.M. Tapilouw, S.Si

PENDAHULUAN

Tulisan ini disusun dan disampaikan, dalam rangka memberi arah  bagi Warga Masyarakat Porto dan Haria. Selanjutnya dikemukakan secara singkat saja – sesuai kendala-kendala yang bermunculan dalam hidup segenap warga masyarakat Porto dan Haria (Pantauan Tahun 2013).
Setelah menelusuri kejadian demi kejadian yang terjadi, serta upaya-upaya damai yang telah dilakukan berbagai pihak selama ini; karena itu tidaklah salah, jika kita memerlukan konsep “PORTO – HARIA BARU” atau arah bagi segenap warga masyarakat Porto & Haria untuk bertanggung jawab dalam menjawab perubahan yang telah terjadi.
           
KEBERSAMAAN, PERSEKUTUAN DAN TANGGUNG JAWAB WARGA JEMAAT:
Nilai sebuah kebersamaan yang tertuang dalam solidaritas hidup bersama yang mana mengambil bagian dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, tentunya saling berhubungan, memaknai dan melengkapi dengan aspek integritas (keterpaduan) yang amat mendalam pada nilai sebuah persekutuan yang telah menyatu padu dalam hidup Orang Porto maupun Haria dari generasi ke generasi.
Warga masyarakat Porto, adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sesuai tatanan adatis yang telah membudaya, bahkan ketika Injil masuk dan merubah “generasi sebelumnya” membawa keluar dari kegelapan menuju Terang Kristus, demikian juga deng warga masyarakat Haria.
Dari segi kehidupan bergereja sudah tentu kedua belah pihak mendambakan berbagai perubahan dalam segi-segi kehidupan yang bisa menguntungkan kebersamaan dan “Persekutuan” (Sosial, kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, dll).
Bahwa dalam sebuah tatanan kehidupan berjemaat dan bermasyarakat, sudah tentu ada begitu banyak perbedaan dan tantangan. Karena itu, perbedaan pandangan atau cara berpikir yang cenderung sepihak, perlu dikritisi secara baik (arif dan bijaksana), agar tidak menimbulkan konflik internal maupun eksternal yang berkepanjangan. Sehingga, mau tidak mau harus di tata sedemikian rupa sesuai kondisi yang ada.
Sikap keterbukaan (inklusif), diharapkan bisa menjembatani berbagai perbedaan pandangan dan memberi penghargaan kepada sesama warga masyarakat, dalam rangka menyatukan segala perbedaan sebagai kekuatan; lebih tepat “Anugerah Tuhan” yang harus didayagunakan untuk membangun,  bukan untuk disepelekan. Dari sini, solidaritas kebersamaan; harus benar-benar terwujud dalam sikap dan rasa saling memiliki (Sens Of Belonging) serta saling sepenanggungan dan sepenanggung jawab (sense of Responsibility).
Hingga tahun 2013 ini, Konflik internal maupun eksternal telah memperlihatkan adanya berbagai kecenderungan “negatif” yang perlu ditindaklanjuti dengan melakukan langkah-langkah antisipatif, guna menyadarkan berbagai pihak – terkait dengan perubahan yang telah terjadi.
Kerja sama antara jemaat porto dan haria harus dikembangkan melalui program-program bersama (dalam mewujudkan perdamaian) dan ini harus dimulai dari Gereja. Ini sangatlah penting sebab Warga Jemaat GPM Porto dan Haria secara implicit sebagai “gereja yang sebenarnya” dengan segala ketidaksempurnaan, masih selalu ada dalam “situasi” keterpecahan dalam bingkai hidup persekutuan (Keluarga, jemaat, masyarakat). Karena itu, sebagai Gereja-gereja yang hidup, warga jemaat Porto dan Haria (POHAR) pada umumnya harus tetap siuman/sadar dengan kesiapan yang memadai, untuk turut ambil bagian dengan penuh rasa tanggung jawab, serta bahu –membahu memanggul beban, dan membantu memecahkan masalah dalam medan gumul bersama secara berkesinambungan. Prinsipnya; Seluruh Warga Jemaat Porto dan haria harus semakin kritis dan realistis terhadap segala bentuk kebijakan pelayanan yang menguntungkan kebersamaan; Bertolak dari pendekatan nilai-nilai dasar Iman Kristen, keberadaan masyarakat dari sisi adatis dan Wilayah Petuanan Porto dan Haria:
Dari sinilah kita perlu memandang “Negeri Porto dan Haria“ sebagai “RUMAH BERSAMA” tempat  perjumpaan anak-anak negeri kedua belah pihak dari generasi ke generasi untuk membangun kebersamaan dan persekutuan yang lebih nyaman, bermutu dan penuh makna; dengan demikian, dibutuhkan kesadaran aksi yang menyapa di antara sesama saudara dalam upaya membentuk serta mempertahankan “Identitas Kebersamaan”/”GENEPHA”Generasi Negeri Porto-Haria sebagai satu kekuatan fungsional untuk menggerakan, mengontrol dan mengendalikan serta mengarahkan aktivitas seluruh komponen dalam jemaat GPM dan negeri kedua belah pihak  dalam rangka mewujudkan ideal-ideal kehidupan bersama. Dengan begitu, kita akan lebih leluasa menentukan sikap hidup yang berpihak pada keadilan, kejujuran dan kebenaran secara terbuka (tanpa memisahkan diri atau dibatasi dengan “batas wilayah” kekuasan dll). Bukan tidak mungkin arah seperti ini, diharapkan lebih menghidupkan fungsi-fungsi kebersamaan yang telah menjadi bagian hidup bersama/berdampingan hingga saat ini.

PORTO – HARIA BARU (PHB): MENANTANG JAWAB PERUBAHAN:
PHB yang dimaksudkan disini bukanlah sebuah pemberian nama baru bagi lokasi tertentu, tetapi lebih menunjuk kepada “GENEPHA” yang telah menjawab tantangan dan bersedia membuka diri, saling membarui, dan mau mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis, yang dibangun atas dasar iman, cinta kasih dan kebersamaan demi kepentingan bersama segenap warga jemaat  dan Negeri yang telah menjawab berbagai harapan dan kerinduan untuk berubah.
Pemahaman seperti ini hendak menitikberatkan pada aspek integritas  dari persekutuan yang memandang kehidupan bersama secara utuh dan terpadu. Karena itu, tidak perlu ada pengkotak-kotakan antara yang lama dan baru, atau layak dan tidaknya “satu negeri” dan orang-orang yang berdiam di dalamnya; tetapi semuanya ada dalam satu kebersamaan yang mau berubah dan siap menerima perubahan dan pembaruan. Sehingga tidaklah salah, jika kita diajak untuk ada dalam semangat persaudaraan  seperti itu.
Adapun beberapa hal yang perlu dilihat dan dijadikan sebagai tolak ukur dalam menantang jawab perubahan yang sedang terjadi dan akan terus mengalami berbagai perkembangan ke depan.

1.       Interen Jemaat:

a)      Wilayah Pelayanan Jemaat GPM Porto dan Jemaat GPM Haria,   kenyataan ini tidak perlu dilihat secara terpisah atau pandangan sempit lainnya yang menjurus pada sikap memisahkan diri dari persekutuan awal yang sesungguhnya. Sebelum persekutuan bisa dikatakan untuk dan terpadu, jika sikap saling menerima dinampakan oleh orang-orang didalamnya (sebagai warga GPM)
b)      Berupaya mengembangkan sikap hidup bergereja dan bermasyarakat mulai dari pribadi-pribadi  dalam keluarga, lewat berbagai kegiatan pelayanan yang dikembangkan, serta memberi peluang untuk pengembangan lebih luas dan menjangkau hubungan-hubungan kekeluargaan dan atau persaudaraan  yang lebih berarti, dalam rangka membentuk sikap hidup yang lebih dewasa, sehingga diharapkan dapat berfungsi  secara maksimal dalam menciptakan dan mengembangkan kerukunan, merasa bertanggung jawab serta memberi semangat atau saling mendorong kearah pembaruan hidup yang lebih menghidupkan (Pembinaan/Pastoral/Ibadah, dll).
c)       Perlu ditingkatkan sikap keterbukaan sesuai batasan etis dan kehidupan moral yang bertanggung jawab dan karena itu, sikap ketertutupan yang ingin menang sendiri, atau sikap egois lainnya perlu dihilangkan sehingga sinergisitas pelayanan diberbagai kalangan dalam jemaat, dapat terarah dan terwujud secara baik.
d)      Untuk membangun kebersamaan “Pasca perbantahan”, Perlu kehati-hatian majelis Jemaat dalam menempuh kebijakan-kebijakan pelayanan dan kemudian berupaya menjembatani sikap-sikap warga jemaat yang cenderung ekstrim terhadap arah pelayanan, lewat “tindakan-tindakan tertentu”yang terkadang tidak kondisional .
Bertolak dari perubahan demi perubahan yang telah terjadi, maka arah pelayanan ke dua jemaat pun perlu diselaraskan dengan kenyataan yang sedang terjadi, sehingga seluruh warga jemaat pada dua negeri (POHAR) merasakan sentuhan yang seimbang.
Dimensi/ukuran tanggung jawab dalam menantang perubahan pada bagian ini; tidak lebih dari sebuah harapan yang perlu menjadi dasar penilaian, untuk kemudian menilai dan memaknai rentetan perjalanan bersama hingga saat ini: Mau tidak mau, memaksa kita segera mengambil keputusan demi kepentingan bersama, sehingga pada poin berikut ini; Ada beberapa hal (Rekomendasi Pikir) yang perlu ditindaklanjuti bersama, dalam membangun persekutuan:

Membangun Hubungan Antar Sesama Warga Jemaat/Desa “Porto –Haria” Perangkat Majelis Jemaat, Pemerintah Desa dan Orang Bersaudara di Tanah Rantau:
a)      Dalam Upaya membangun hubungan yang harmonis dikalangan Warga Jemaat dan atau Masyarakat Porto - Haria, pertama-tama harus muncul kesadaran sehati sepenanggungan, melalui perwujudan sikap yang mau berubah, siap di ubah, dan kualitas sumber daya warga jemaat yang dewasa dalam menantang berbagai perkembangan dan perubahan di segala bidang kehidupan; dengan memandang segala perbedaan sebagai berkat bukannya yang bersifat ancaman.
b)      Perlu dilakukan penguatan hidup bergereja pada kedua jemaat melalui sector/unit-unit pelayanan; Wadah pelayanan – anak/remaja dan pemuda sebagai Tulang Punggung Gereja, masyarakat dan bangsa  lewat kegiatan-kegiatan (sharing, diskusi, dialog dll), yang lebih mengena sesuai kebutuhan segenap warga jemaat secara berkelanjutan, sehingga komunikasi personal maupun kelompok lebih tertanggung jawab.
c)  Majelis Jemaat sebagai Motor Penggerak Pelayanan dalam Jemaat, perlu meningkatkan pelayanannya  secara lebih fungsional  ditengah-tengah perbedaan pandangan, sesuai kenyataan hidup warga jemaat yang cenderung mengambil keputusan-keputusan pribadi yang pada kenyataannya bisa berdampak negatif  dan tidak menguntungkan kebersamaan.
d)      Untuk meningkatkan hidup bersama kedua jemaat dan Desa, maka perlu ada sinergisitas antara Majelis Jemaat dan Pemerintah Desa dalam rapat-rapat dan lainnya semacam itu; sesuai fungsi, tugas,  dan tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi musuh bersama yakni: “ Kemiskinan, Kebodohan, dan keterbelakangan. Bagaimanapun juga, hidup berjemaat dan bermasyarakat secara kualitatif (mutu), turut dipengaruhi oleh kepemimpinan dalam jemaat dan Desa. Ini menjadi penekanan yang sangat penting, karena disadari bahwa Majelis jemaat sebagai bagian integral dari Gereja, tidak serta merta lalu menjadi seperti Pahlawan Tunggal bagi keseluruhannya; Sebab di tengah-tengah kebersamaan  dan atau persekutuan , semuanya mendapat panggilan dan pengorbanan yang sama – karena itu, semua harus berjuang demi pencapaian ideal-ideal kehidupan bersama selaku “GENEPHA” (generasi  Porto – Haria) yang membahagiakan ; sehingga Majelis Jemaat, Pemerintah Desa, Para Guru,  dan berbagai pihak  (Semua stakeholder) pada kedua Jemaat semakin meningkatkan “harkat dan martabat”  rasa percaya diri dan harga diri warga jemaat atau Desa secara menyeluruh dan berkelanjutan disegala bidang kehidupan (baik jasmani, maupun rohani, fisik maupun non fisik, mental maupun spiritual, sosial, ekonomi,politik, serta pikiran pembaruan). 

Pada aras ini, mengarah pada upaya “PENANGANAN LAPISAN GENEPHA” yang berada pada posisi tertinggal dan jauh dalam berbagai persaingan, dalam artian berada pada posisi menunggu. Demikian gambaran sebuah harapan, serta arah dalam menantang perkembangan dan upaya yang perlu dicapai dalam membangun persatuan dan persaudaraan Negeri Perto dan Haria.