Oleh: Pdt. M. O. Tapilouw
Gereja bukanlah sebuah organisasi politik atau Lembaga Politik; Gereja tetaplah Gereja hal ini begitu penting sehingga jika ada Pelayan Gereja/Pendeta ingin berpolitik atau ‘bermain politik’[1] jangan digereja – sama seperti jangan anda bermain Basket di lapangan Golf. Meskipun begitu, Gereja tetap memiliki tanggungjawab politik; dalam artian gereja”berpolitik” tetapi tindakan politisnya dilakukan dengan kesadaran penuh dalam fungsinya sebagai gereja.
Gereja bukanlah sebuah organisasi politik atau Lembaga Politik; Gereja tetaplah Gereja hal ini begitu penting sehingga jika ada Pelayan Gereja/Pendeta ingin berpolitik atau ‘bermain politik’[1] jangan digereja – sama seperti jangan anda bermain Basket di lapangan Golf. Meskipun begitu, Gereja tetap memiliki tanggungjawab politik; dalam artian gereja”berpolitik” tetapi tindakan politisnya dilakukan dengan kesadaran penuh dalam fungsinya sebagai gereja.
Yesus Kristus yang di Imani
oleh semua orang percaya adalah ‘pemilik kosmos’ (bnd. Yoh. 1:3, 11; bc. Kolose
1:6). Jadi,,,,,,,,, semua orang harus memberlakukan kehendak Tuhan dibidang
politik, terlebih gereja.
Calvin
Menurut Calvin, gereja
mempunyai tanggungjawab politik, dan Negara mempunyai tanggungjawab etis
teologis. Itu berarti, gereja mempunyai fungsi kritis atau fungsi nabiah di
segala bidang kehidupan termasuk dalam kehidupan politik.
Dietrich Benhoeffer dalam bukunya “Ethics” : “Adalah merupakan bagian dari tangungjawab
gereja untuk memperingatkan manusia agar melawan dosa; oleh karena kebenaran
meninggikan derajat bangsa, baik dikefanaan maupun di keabadian, tetapi dosa adalah noda bangsa’
(Amsal 14:34). Apabila Gereja tidak melakukan ini, maka ia harus ikut
menanggung kesalahan yang dilakukan oleh si jahat (Yehezkiel 3:17 ss).
Peringatan melawan dosa ini harus disampaikan secara terbuka kepada jemaat
maupun kepada masyarakat luas, dan barang siapa tidak mau mendengarkannya
menimpakan kejahatan ke atas diri mereka sendiri’.
Fungsi dan Peran Pelayan Gereja
Berdasarkan beberapa pikiran
diatas, maka dapat dikatakan bahwa: Alangkah bijaksananya jika Pelayan
Gereja/Pendeta tidak terliibat dalam ‘politik praktis’.
Hal ini sangatlah penting
sebab ada beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi jika Pelayan
Gereja/Pendeta terlibat dalam ‘politik praktis’.
·
Sangat mungkin akan menyulitkan ia dalam
tugas-tugas penggembalaannya.
·
Bisa jadi jika seorang pendeta menjadi anggota
partai politik tertentu – sangat mungkin memperlakukan anggota jemaat yg
berlainan partai bukan sebagai domba melainkan
‘lawan politik’.
·
Kemungkinan lainnya adalah ia akan memasukan
agenda politik dari partainya ke dalam tugas gerejawinya.
Semua orang, termasuk ‘pejabat
gereja/pendeta’ mempunyai hak dan kebebasan politik; Namun seorang ‘pejabat
gereja’ harus memahami panggilan utamanya sebagai seorang gembala – karena itu,
sangatlah bijaksana jika ia tetap mempertahankannya agar dapat melaksanakan
fungsi sosial-politik gereja secara baik, yakni : 1) mengarahkan umat/warga
jemaat agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai warga masyarakat dan atau
warga Negara dengan baik dan penuh tanggungjawab. 2) memperlengkapi warga
jemaat yang hendak terjun di bidang politik sehingga dapat melaksanakan perannya
sebagai orang Kristen yang baik dan bertanggungjawab.......!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar