Rabu, 17 Juni 2015

PUASA

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1436 Hijriyah
Mari menjadi pribadi yang lebih baik bermula sejak bulan ini

PUASA : MENAHAN DIRI dari hal-hal yang membatalkan puasa baik dari makan, minum, hubungan suami istri; dengan disertai niat; mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 183)

“Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil) maka barangsiapa mendapatkannya hendaklah ia puasa.” (QS Al-Baqarah: 185)

KEHENDAK/Niat yang sungguh untuk beribadah kepada Allah; dengan tidak mengharapkan pujian dari orang lain, dan dalam kesadaran menghargai "orang lain" , tidak iri hati, benci dll yang sifatnya negatif adalah IBADAH PUASA YANG SESUNGGUHNYA

“Banyak orang puasa yang tidak dapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah)

Puasa dilakukan dalam kesadaran bahwa sebagai manusia kita "terbatas" dan membutuhkan Allah untuk menguatkan sisi lemah. Dalam kesadaran itu, dengan berpuasa orang beriman memperlihatkan kesungguhan dan kesanggupan menjalaninya,,,,, bukan soal berapa lama menjalaninya ,,,,,, tetapi setelah itu "inti puasa" (tapwa kepada Allah yang "mengasihi semua umat manusia " ) harus menjadi tekad untuk memulai kehidupan yang menjadi teladan dalam tutur kata, tingkah laku dan perbuatan kepada semua orang yang hidup dalam keperbedaan, bahkan di tempat-tempat kerja harus menunjukan sikap hidup yang berpihak pada kebenaran dan keadilan.

“Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah SWT tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari)

PUASA
P: Pikiran bersih dari segala yang tidak benar
U: Ucapan yang membuat orang lain merasa nyaman dalam membangun kebersamaan
A: Aksi Damai
S: Sesama hidup toleran
A: Amal diperbanyak dengan sukacita, bukan supaya mendapat lebih banyak tetapi karena Allah Maha Memberi.

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA

Okter. T  _ 18 Juni 2015

Sabtu, 08 November 2014

Berjaga-jagalah

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu
akan hal manapun akan saatnya (Matius 25:13)
Setiap orang tentu punya banyak keinginan dalam diri, seperti apa keinginan-keinginan itu ? yang pasti ada kaitannya dengan upaya mempertahankan diri ditengah-tengah dunia ini agar tetap eksis; bekerja dengan tekun, berupaya memenuhi kehidupan keluarga, masa depan anak dan lainnya;
Yesus dalam bacaan kita (Mat.25:1-23) memberi gambaran tentang “Parusia” (kedatangan kembali), melalui perumpamaan tentang sepuluh Gadis yang menanti kedatanganNya (Mempelai Laki-laki). Diantara kesepuluh gadis itu, lima  diantaranya bodoh (tidak memiliki persediaan minyak) dan lima yang lain dikatakan bijaksana karena lebih awal mereka telah menyiapkan persediaan minyak yang cukup (ayat 4).
Ketika waktunya telah tiba; Pelita dari kelima gadis bodoh itu hampir padam, akhirnya mereka harus pergi mencari minyak – sebaliknya kelompok gadis-gadis bijaksana mengambil bagian dalam arak-arakan menyambut mempelai Laki-laki.
Menunggu dalam kaitan dengan perikop ini, adalah keadaan di mana kita tidak bisa memastikan kedatangan yang dinanti-nantikan (ayat 13). Perumpamaan ini adalah contoh dari sikap Iman yang harus ditampilkan dengan benar, untuk tetap berjaga-jaga sebelum mengambil bagian bersama Yesus, ketika waktunya telah tiba (Kedatangan Kedua Kali).
Hanya ada dua pilihan, dan kita diminta untuk memilih salah satu: (1).Jika mempersiapkan diri dengan baik, akan mengambil bagian bersama dengan Dia. (2). Jika persiapan kita seadanya; Orang percaya akan mengalami hal seperti Gadis-gadis Bodoh yang kebingungan karena kekurangan minyak.
Sikap berjaga-jaga pada bagian ini, tidak terbatas pada saat-saat tertentu seperti; Tanggal, bulan atau Tahun; Tidak bisa disangkal bahwa keberadaan Orang Percaya saat ini juga sering memperlihatkan kecenderungan seperti ini; Biasanya kalau Hari Minggu, Ibadah Unit, Sektor, Pelayanan Perempuan, apalagi Ibadah Pelayanan laki-laki biasanya sepi-sepi saja, namun ketika memasuki Natal dan Tahun Baru, banyak orang Kristen Pulang Kampung, Ruang Gereja tidak dapat menampung kehadiran umat yang beribadah; ada kecenderungan lain – jika sesama saudara lagi bermusuhan, dibiarkan saja – tunggu sampai mau merayakan Natal atau Tahun Baru kemudian cari kesempatan untuk menyelesaikan persoalan. Pertanyaannya, bagaimana jika Kristus datang sebelum Perayaan Natal dan Tahun Baru ? ha ha ha ha ha
Kita diharapkan untuk tetap berjaga-jaga (waspada) setiap saat, disetiap helaan nafas kita – entah pagi, siang, maupun malam, bahkan disaat kita tertidurpun, kita hidup bersama-sama dengan Dia (bc.Tes.5:10), mungkin ada yang bertanya-tanya; jika kita tertidur bagaimana bisa kita mengetahui kedatanganNya ? “Berdoa, berdoa dan terus berdoa sebelum tidur juga kan ? berdoa juga salah satu persediaan kita; Bukan tidak mungkin, kalau sedang lelah karena kerjaan di kantor menumpuk, semalaman lembur, kerja di kebun sangat melelahkan, membuat kita lupa akan persediaan kita yang satu ini ;”kalau tidak tidur, lantaran takut Yesus akan datang dan terus begadang, bisa-bisa kehabisan darah ha ha ha ha”.
“Karena kamu sendiri tahu benar-benar bahwa Hari Tuhan datang seperti Pencuri pada Malam Hari (1 Tes. 5:2).
Benar; Kita harus berjaga-jaga, namun penantian kita adalah dalam Iman dan Pengharapan. Tingkah laku dan perbuatan kita akan diuji dalam kaitan dengan berjaga-jaga ini. Yesus menekankan perlunya kesetiaan dan kesiagaan sampai Dia kembali. Perumpamaan ini menekankan bagi Semua orang percaya untuk tekun dalam Iman dan Kesiapan Rohani yang memadai; Minyak dalam perumpamaan ini, melambangkan “Iman yang sejati”.
Sudah tentu; banyak hal telah dialami oleh kita hingga saat ini. Perjuangan hidup yang berat, berupaya memenuhi kebutuhan hidup tiap-tiap hari, menyiapkan masa depan anak-anak; tentu membutuhkan keseriusan dari kita untuk menjalaninya; Sudah pasti Semua itu adalah bagian dari tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai sebuah proses berjaga-jaga. Mengambil bagian secara baik, lewat tugas dan tanggung jawab yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita ditengah-tengah dunia ini adalah juga kebijaksanaan anak-anak Tuhan untuk menanti kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Mungkin persediaan awal telah kita gunakan hingga saat ini, seperti: Melayani Suami dengan setia, menyayangi isteri dan anak-anak,menghormati orang tua, berdoa dan ke Gereja – Tetapi itu saja belum cukup; sebab ada begitu banyak persediaan  yang harus digunakan, seperti: berbuat baik kepada sesama (bc.Ef.2:10), bekerja dengan jujur/tidak korupsi (lih. Yoh.14:12,13), tidak bersumpah dusta (bc. Maleaki 3:5), melayani dengan tulus (Gal.5:13) dan masih banyak lagi persediaan yang harus digunakan oleh kita dalam menjalani hidup ini. Dengan membaca Alkitab, kita akan tahu lebih banyak – apa saja yang telah tersedia dan siap digunakan. Mungkin ada yang mengatakan ; ternyata berat juga jadi “Mempelai Perempuan”, memang berat dan sangat berat – lebih dari sekedar kerja dikebun sampai sore, melaut, lembur sampai pagi dikantor dll. Bahkan, masalah-masalah diseputar hidup keluarga, jemaat dan masyarakat adalah keadaan di mana kita harus menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, sebab tanpa penyerahan dan penundukan diri yang sungguh kepada Tuhan; Semua persediaan kita tidak ada gunanya.   
Kesungguhan Iman kita diuji; Yesus hadir di dunia, sekaligus mengambil bagian secara apa adanya dengan seluruh keberadaan umat manusia. Dia mau kita melakukan pekerjaan baik di dunia ini.
Yesus berkata: ‘Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu Aku akan  melakuannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’(Yoh.14:12-13).
Perumpamaan tentang “Lima Gadis Bijaksana dan Lima gadis Bodoh”, memberi gambaran bagi kita untuk segera bertindak  dan menyadari seluruh keberadaan kita. Segalanya telah tersedia; tinggal bagaimana kita mengambil dan memanfaatkannya.
Rasul Petrus mengatakan dalam 2 Petrus 3:14,15: “Sebab itu, saudara-saudara yang terkasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda dihadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat”.
Jika tidak dimulai dari sekarang, kita akan mengalami kesulitan, bahkan untuk mencari persediaan minyakpun tidak bisa. Mengapa ? Jika waktunya telah tiba; bagaimana bisa kita mencari perbuatan baik , bekerja dengan jujur, tidak korupsi lagi, bagaimana menyatukan keluarga akibat perceraian, atau tidak lagi menyebut nama Tuhan dengan sia-sia – jika saat itu mempelai telah tiba ! dan Dia memanggil satu-persatu masuk dalam kemuliaanNya ! Tidak bisa; Karena segalanya telah berakhir. “Kata orang Menyesal biasanya datang dari belakang”.
Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga (Mat.24:22) Mungkin hari ini, besok, lusa, pokoknya siap sedialah.
‘IGNORAMUS IGNORABIMUS’ : saya tidak tahu dan saya tidak akan pernah tahu; Hanya Allah Bapa di Sorga yang tahu. .

Senin, 21 Juli 2014

WORKSHOP OIKUMENE




PELATIHAN DAN WORKSOP OIKUMENE
(sebuah catatan)
Di Jemaat GPM Waisamu, 20-21 Juli 2014

Oleh: Okter Tapilouw

Pelatihan dan Workshop Oikumene  dilaksanakan oleh Departemen Keesaan dan Hubungan Agama-agama Sinode  GPM  di Klasis Kairatu Jemaat GPM Waisamu  sebagai Tuan Rumah pada tanggal  20-21 Juli 2014 dengan dihadiri oleh Utusan dari 7 Klasis (Kairatu, Masohi , Seram Barat, Taniwel, Wahai, Teluti, Seram Timur) turut serta juga  dalam kegiatan ini utusan dari Gereja-Gereja Saudara.
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah 44 orang.
Penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan dengan paparan materi dan konsep dan diskusi kelompok. Kelompok dibagi menurut  Klasis dan Gereja Saudara per Kelompok. Tujuan dari pembagian kelompok ini untuk membangun “proses penggalian harapan” tentang konsep risiko dari pandangan orang Kristen tentang Hubungan Oikumenis, sehingga dapat diperoleh informasi yang tepat terkait dengan identifikasi dan diskusi masalah pada level pengambil kebijakan, keputusan dan strategi pelayanan di tingkat jemaat,  Klasis dan Sinode.
Kegiatan Pelatihan dan Worksop Oikumene ini juga menghadirkan 3 (tiga) orang pembawa Materi Penting terkait dengan membangun hubungan kebersamaan diantaranya:

No.
Pembawa Materi
Materi
1.      
Prof. Hermien. L. Soselissa
Prespektif Sosial Budaya dalam Membangun Hubungan Damai dengan Semua Orang
2.      
Abdul Manaf Tubaka, M.Si
Membangun Perdamaian Antar Iman (Sudut Pandang Islam)
3.      
Pdt. DR. Lies Mailoa – Marantika
Membangun Kesadaran Oikumenis dalam Rangka Misi Kristus

Materi sajian yang dipaparkan   turut membuka wawasan berpikir Peserta untuk kemudian dapat menggali model-model hidup bersama yang dapat  menolong keperbedaan dalam berbagai segi kehidupan ( budaya, agama, denominasi gereja dan lainnya). Beberapa hal yang menjadi focus perbincangan antara lain:
1)     Budaya Pela Gandong hendaknya dilihat sebagai media yang baik untuk  mengatasi konflik antar denominasi gereja.
2)     2 hal penting untuk membangun perdamaian antar iman  baik muslim maupun Kristen adalah
Ø  harus dapat menghilangkan “Truth Claim Eksklusif (merasa paling benar dan orang lain salah)
Ø  Merubah paradigm/cara pandang terhadap agama “bahwa agama hanyalah alat” sehingga model dialog yang ditawarkan untuk membangun perdamaian antar iman adalah : Dialog Kehidupan (perjumpaan yang tulus), Dialog Kerja Sosial, Dialog Monastis (Pertukaran pengalaman religious), Dialog Doa (semua agama berdoa bersama), serta Dialog Teologis untuk mencari titik temu dan perbedaan
Ø  Pikiran Rekomendatif untuk dapat membuat  Program-program  hidup bersama antara GPM dan MUI

Add caption
3)     Membangun Kesadaran Oikumenis dalam Rangka Misi Kristus.
Pdt. Ny. DR. Lies Mailoa – Marantika mengedepaankan tentang Regulsi peraturan pokok, PIP- RIPP GPM dan 3  profil bergereja “umat, pelayan dan lembaga”, serta kontribusi GPM pada berbagai level (Indonesia, Asia dan dewan gereja-gereja sedunia)
Bersamaan dengan itu,Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) yang menjadi penekanan bersama merupakan strategi yang meletakan kerangka dasar bersama gereja-gereja anggota persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI). Menurut Dr. Lies Mailoa,  Persekutuan atau Kebersamaan harus mengakar kalau tidak hanya bersifat kosmetik yang mudah hilang. Ditegaskan bahwa baptisan menyelam atau percik itu hanyalah cara dan bukan tujuan. Bahwa inti baptisan itu adalah dibaptis dalam nama Allah Bapa dan Roh Kudus.
beberapa gagasan yang coba dikedepankan guna mewujudkan kesadaran oikumene adalah :
-       Berbagi sumber daya: kepakaran, pengetahuan
-       Advokasi untuk kemanusian
-       Merumuskan “code of conduct” kehidupan beroikumene ditingkat komunitas
-       Dialog teologi
-       Dialog kerohanian dll yang bisa di kembangkan
-       Merumuskan kode etik kehidupan beroikumene
-       Asvokasi untuk kemanusiaan
-       Stigmatisasi gereja perlu dihilangkan

Satu hal yang merupakan kesepakatan dari workshop ini adalah bahwa untuk konsep dan pantauan tentang kondisi atau permasalahan  Oikumene bahwa semua masukan dapat berguna untuk merancang bangun disain strategi dalam rangka menjawab persoalan-persoalan oikumenis terhadap gereja-gereja di Maluku (GPM & Gereja-gereja saudara). dimana dalam kenyataan bergereja  tersebut mampu memberikan gambaran dan informasi bagi pengambilan kebijakan di level Sinode (Hasil diskusi melahirkan isu-isu problematic) yang akan ditindaklanjuti kemudian

Kesimpulan
kegiatan  pelatihan dan workshop oikumene yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan.  Beberapa hal yang telah dirampung akan ditindak lanjuti pada level sinode.