Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu
akan hal manapun akan saatnya (Matius 25:13)
Setiap orang tentu punya banyak keinginan dalam diri, seperti apa keinginan-keinginan itu ? yang pasti ada kaitannya dengan upaya mempertahankan diri ditengah-tengah dunia ini agar tetap eksis; bekerja dengan tekun, berupaya memenuhi kehidupan keluarga, masa depan anak dan lainnya;
Yesus dalam bacaan kita (Mat.25:1-23) memberi gambaran tentang “Parusia” (kedatangan kembali), melalui perumpamaan tentang sepuluh Gadis yang menanti kedatanganNya (Mempelai Laki-laki). Diantara kesepuluh gadis itu, lima diantaranya bodoh (tidak memiliki persediaan minyak) dan lima yang lain dikatakan bijaksana karena lebih awal mereka telah menyiapkan persediaan minyak yang cukup (ayat 4).
Ketika waktunya telah tiba; Pelita dari kelima gadis bodoh itu hampir padam, akhirnya mereka harus pergi mencari minyak – sebaliknya kelompok gadis-gadis bijaksana mengambil bagian dalam arak-arakan menyambut mempelai Laki-laki.
Menunggu dalam kaitan dengan perikop ini, adalah keadaan di mana kita tidak bisa memastikan kedatangan yang dinanti-nantikan (ayat 13). Perumpamaan ini adalah contoh dari sikap Iman yang harus ditampilkan dengan benar, untuk tetap berjaga-jaga sebelum mengambil bagian bersama Yesus, ketika waktunya telah tiba (Kedatangan Kedua Kali).
Hanya ada dua pilihan, dan kita diminta untuk memilih salah satu: (1).Jika mempersiapkan diri dengan baik, akan mengambil bagian bersama dengan Dia. (2). Jika persiapan kita seadanya; Orang percaya akan mengalami hal seperti Gadis-gadis Bodoh yang kebingungan karena kekurangan minyak.
Sikap berjaga-jaga pada bagian ini, tidak terbatas pada saat-saat tertentu seperti; Tanggal, bulan atau Tahun; Tidak bisa disangkal bahwa keberadaan Orang Percaya saat ini juga sering memperlihatkan kecenderungan seperti ini; Biasanya kalau Hari Minggu, Ibadah Unit, Sektor, Pelayanan Perempuan, apalagi Ibadah Pelayanan laki-laki biasanya sepi-sepi saja, namun ketika memasuki Natal dan Tahun Baru, banyak orang Kristen Pulang Kampung, Ruang Gereja tidak dapat menampung kehadiran umat yang beribadah; ada kecenderungan lain – jika sesama saudara lagi bermusuhan, dibiarkan saja – tunggu sampai mau merayakan Natal atau Tahun Baru kemudian cari kesempatan untuk menyelesaikan persoalan. Pertanyaannya, bagaimana jika Kristus datang sebelum Perayaan Natal dan Tahun Baru ? ha ha ha ha ha
Kita diharapkan untuk tetap berjaga-jaga (waspada) setiap saat, disetiap helaan nafas kita – entah pagi, siang, maupun malam, bahkan disaat kita tertidurpun, kita hidup bersama-sama dengan Dia (bc.Tes.5:10), mungkin ada yang bertanya-tanya; jika kita tertidur bagaimana bisa kita mengetahui kedatanganNya ? “Berdoa, berdoa dan terus berdoa sebelum tidur juga kan ? berdoa juga salah satu persediaan kita; Bukan tidak mungkin, kalau sedang lelah karena kerjaan di kantor menumpuk, semalaman lembur, kerja di kebun sangat melelahkan, membuat kita lupa akan persediaan kita yang satu ini ;”kalau tidak tidur, lantaran takut Yesus akan datang dan terus begadang, bisa-bisa kehabisan darah ha ha ha ha”.
“Karena kamu sendiri tahu benar-benar bahwa Hari Tuhan datang seperti Pencuri pada Malam Hari (1 Tes. 5:2).
Benar; Kita harus berjaga-jaga, namun penantian kita adalah dalam Iman dan Pengharapan. Tingkah laku dan perbuatan kita akan diuji dalam kaitan dengan berjaga-jaga ini. Yesus menekankan perlunya kesetiaan dan kesiagaan sampai Dia kembali. Perumpamaan ini menekankan bagi Semua orang percaya untuk tekun dalam Iman dan Kesiapan Rohani yang memadai; Minyak dalam perumpamaan ini, melambangkan “Iman yang sejati”.
Sudah tentu; banyak hal telah dialami oleh kita hingga saat ini. Perjuangan hidup yang berat, berupaya memenuhi kebutuhan hidup tiap-tiap hari, menyiapkan masa depan anak-anak; tentu membutuhkan keseriusan dari kita untuk menjalaninya; Sudah pasti Semua itu adalah bagian dari tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai sebuah proses berjaga-jaga. Mengambil bagian secara baik, lewat tugas dan tanggung jawab yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita ditengah-tengah dunia ini adalah juga kebijaksanaan anak-anak Tuhan untuk menanti kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Mungkin persediaan awal telah kita gunakan hingga saat ini, seperti: Melayani Suami dengan setia, menyayangi isteri dan anak-anak,menghormati orang tua, berdoa dan ke Gereja – Tetapi itu saja belum cukup; sebab ada begitu banyak persediaan yang harus digunakan, seperti: berbuat baik kepada sesama (bc.Ef.2:10), bekerja dengan jujur/tidak korupsi (lih. Yoh.14:12,13), tidak bersumpah dusta (bc. Maleaki 3:5), melayani dengan tulus (Gal.5:13) dan masih banyak lagi persediaan yang harus digunakan oleh kita dalam menjalani hidup ini. Dengan membaca Alkitab, kita akan tahu lebih banyak – apa saja yang telah tersedia dan siap digunakan. Mungkin ada yang mengatakan ; ternyata berat juga jadi “Mempelai Perempuan”, memang berat dan sangat berat – lebih dari sekedar kerja dikebun sampai sore, melaut, lembur sampai pagi dikantor dll. Bahkan, masalah-masalah diseputar hidup keluarga, jemaat dan masyarakat adalah keadaan di mana kita harus menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, sebab tanpa penyerahan dan penundukan diri yang sungguh kepada Tuhan; Semua persediaan kita tidak ada gunanya.
Kesungguhan Iman kita diuji; Yesus hadir di dunia, sekaligus mengambil bagian secara apa adanya dengan seluruh keberadaan umat manusia. Dia mau kita melakukan pekerjaan baik di dunia ini.
Yesus berkata: ‘Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu Aku akan melakuannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’(Yoh.14:12-13).
Perumpamaan tentang “Lima Gadis Bijaksana dan Lima gadis Bodoh”, memberi gambaran bagi kita untuk segera bertindak dan menyadari seluruh keberadaan kita. Segalanya telah tersedia; tinggal bagaimana kita mengambil dan memanfaatkannya.
Rasul Petrus mengatakan dalam 2 Petrus 3:14,15: “Sebab itu, saudara-saudara yang terkasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda dihadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat”.
Jika tidak dimulai dari sekarang, kita akan mengalami kesulitan, bahkan untuk mencari persediaan minyakpun tidak bisa. Mengapa ? Jika waktunya telah tiba; bagaimana bisa kita mencari perbuatan baik , bekerja dengan jujur, tidak korupsi lagi, bagaimana menyatukan keluarga akibat perceraian, atau tidak lagi menyebut nama Tuhan dengan sia-sia – jika saat itu mempelai telah tiba ! dan Dia memanggil satu-persatu masuk dalam kemuliaanNya ! Tidak bisa; Karena segalanya telah berakhir. “Kata orang Menyesal biasanya datang dari belakang”.
Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga (Mat.24:22) Mungkin hari ini, besok, lusa, pokoknya siap sedialah.
‘IGNORAMUS IGNORABIMUS’ : saya tidak tahu dan saya tidak akan pernah tahu; Hanya Allah Bapa di Sorga yang tahu. .
Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya. (Amsal 12:14)
Sabtu, 08 November 2014
Berjaga-jagalah
Senin, 21 Juli 2014
WORKSHOP OIKUMENE
PELATIHAN DAN WORKSOP OIKUMENE
(sebuah catatan)
Di Jemaat GPM Waisamu, 20-21 Juli 2014
Oleh: Okter Tapilouw
Pelatihan dan Workshop Oikumene dilaksanakan oleh Departemen Keesaan dan Hubungan
Agama-agama Sinode GPM di Klasis Kairatu Jemaat GPM Waisamu sebagai Tuan Rumah pada tanggal 20-21 Juli 2014 dengan dihadiri oleh Utusan
dari 7 Klasis (Kairatu, Masohi , Seram
Barat, Taniwel, Wahai, Teluti, Seram Timur) turut serta juga dalam kegiatan ini utusan dari Gereja-Gereja
Saudara.
Peserta yang hadir dalam kegiatan
ini adalah 44 orang.
Penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan
dengan paparan materi dan konsep dan diskusi kelompok. Kelompok dibagi menurut Klasis dan Gereja Saudara per Kelompok. Tujuan
dari pembagian kelompok ini untuk membangun “proses penggalian harapan” tentang konsep risiko dari
pandangan orang Kristen tentang Hubungan Oikumenis, sehingga dapat diperoleh
informasi yang tepat terkait dengan identifikasi dan diskusi masalah pada level
pengambil kebijakan, keputusan dan strategi pelayanan di tingkat jemaat, Klasis dan Sinode.
Kegiatan Pelatihan dan Worksop
Oikumene ini juga menghadirkan 3 (tiga) orang pembawa Materi Penting terkait
dengan membangun hubungan kebersamaan diantaranya:
No.
|
Pembawa Materi
|
Materi
|
1.
|
Prof. Hermien. L. Soselissa
|
Prespektif Sosial Budaya dalam
Membangun Hubungan Damai dengan Semua Orang
|
2.
|
Abdul Manaf Tubaka, M.Si
|
Membangun Perdamaian Antar Iman
(Sudut Pandang Islam)
|
3.
|
Pdt. DR. Lies Mailoa – Marantika
|
Membangun Kesadaran Oikumenis
dalam Rangka Misi Kristus
|
Materi sajian yang dipaparkan turut membuka wawasan berpikir Peserta untuk
kemudian dapat menggali model-model hidup bersama yang dapat menolong keperbedaan dalam berbagai segi
kehidupan ( budaya, agama, denominasi gereja dan lainnya). Beberapa hal yang
menjadi focus perbincangan antara lain:
1)
Budaya Pela Gandong hendaknya
dilihat sebagai media yang baik untuk
mengatasi konflik antar denominasi gereja.
2)
2 hal penting untuk membangun
perdamaian antar iman baik muslim maupun
Kristen adalah
Ø harus dapat menghilangkan “Truth Claim Eksklusif (merasa
paling benar dan orang lain salah)
Ø Merubah paradigm/cara pandang terhadap agama “bahwa agama hanyalah alat” sehingga
model dialog yang ditawarkan untuk membangun perdamaian antar iman adalah :
Dialog Kehidupan (perjumpaan yang tulus), Dialog Kerja Sosial, Dialog Monastis
(Pertukaran pengalaman religious), Dialog Doa (semua agama berdoa bersama),
serta Dialog Teologis untuk mencari titik temu dan perbedaan
Ø Pikiran Rekomendatif untuk dapat membuat Program-program hidup bersama antara GPM dan MUI
Add caption |
3) Membangun
Kesadaran Oikumenis dalam Rangka Misi Kristus.
Pdt. Ny. DR.
Lies Mailoa – Marantika mengedepaankan tentang Regulsi peraturan pokok, PIP-
RIPP GPM dan 3 profil bergereja “umat, pelayan dan lembaga”, serta
kontribusi GPM pada berbagai level (Indonesia,
Asia dan dewan gereja-gereja sedunia)
Bersamaan
dengan itu,Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) yang menjadi penekanan
bersama merupakan strategi yang meletakan kerangka dasar bersama gereja-gereja
anggota persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI). Menurut Dr. Lies
Mailoa, Persekutuan atau Kebersamaan
harus mengakar kalau tidak hanya bersifat kosmetik yang mudah hilang.
Ditegaskan bahwa baptisan menyelam atau percik itu hanyalah cara dan bukan
tujuan. Bahwa inti baptisan itu adalah dibaptis dalam nama Allah Bapa dan Roh
Kudus.
beberapa gagasan yang coba
dikedepankan guna mewujudkan kesadaran oikumene adalah :
-
Berbagi sumber daya: kepakaran,
pengetahuan
-
Advokasi untuk kemanusian
-
Merumuskan “code of conduct”
kehidupan beroikumene ditingkat komunitas
-
Dialog teologi
-
Dialog kerohanian dll yang bisa di
kembangkan
-
Merumuskan kode etik kehidupan
beroikumene
-
Asvokasi untuk kemanusiaan
-
Stigmatisasi gereja perlu
dihilangkan
Kesimpulan
kegiatan pelatihan dan workshop oikumene yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan. Beberapa hal yang telah dirampung akan ditindak lanjuti pada level sinode.
kegiatan pelatihan dan workshop oikumene yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan. Beberapa hal yang telah dirampung akan ditindak lanjuti pada level sinode.
Minggu, 20 April 2014
Langganan:
Postingan (Atom)